Senin, 29 Juni 2015

Jurnal Nusa Tani Volume 14 No.1 Juni 2014


Budidaya Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)Menurut Good Agricultural Practices (GAP) Di Balai Penelitian Tanaman Industri Dan Penyegar (BALITTRI)

oleh:

Muhammad Wildan1), Pasril Wahid2) dan Maman Herman3)

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Nusa Bangsa
Email: jurnal.nusatani@yahoo.co.id

Abstract

The aim of this study were for knowing cultivation technic, the cacao multiply technic, the shading utilizing.  Also for knowing the leaf trimming, yield and cocoa conservancy.  The method was deskriptif.  The result of  this study in Industry and Freshener Plant Research Center (BALITTRI) with   good agricultural practices (GAP) starting with the planting of shading tree, the plant multiply technic by grafting, mantenance trimming, production trimming and pest and disease control.  In this study, the GAP have not done yet because the cocoa planting was starting in year 2011-2012 and the tree was so tiny.

Keywords: Cocoa, Cultivation, The plant multiply technic.

Abstrak

             Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui teknik budidaya, teknik perbanyakan tanaman, penggunaan naungan tanaman kakao. Selain itu juga untuk mengetahui teknik pemangkasan bentuk tajuk, produksi, dan pemeliharaan tanaman kakao.  Metode studi ini adalah deskriptif.  Hasil penelitian budidaya tanaman kakao di Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (BALITTRI) sesuai Good Agricultural Practices (GAP) dimulai dari penanaman tanaman penaung, perbanyakan bahan tanaman dengan teknik sambung pucuk, serta pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan, pemangkasan produksi, dan pengendalian hama penyakit. Dalam pelaksanaan dari awal penanaman, pemeliharaan, hingga pemanenan belum terlaksanakan, dikarenakan penanaman baru dimulai tahun 2011 – 2012 oleh karena itu umur tanaman kakao masih sangat muda dan belum menghasilkan.

Kata Kunci:  Kakao,Budidaya, Teknik Perbanyakkan Tanaman.




1)
Alumni Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa.
2)
Dosen Tetap Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa.
3)
Dosen LB Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ekologi, Syarat Tumbuh dan Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit
(Studi Kasus Kelapa Sawit di Kab Berau, Kalimantan Timur)

Oleh:

Pasril Wahid

Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa
Email: jurnal.nusatani@yahoo.co.id


Abstract

             The productivity of oil palm, as also by several other crops determined by several factors.  Based on ecological aspects, PPKS (Medan Center of Palm Oil Research) has conducted the survey of feasible lands for palm oil and it declared that S1 condition was a very feasible land without limitation, S2 condition was feasible with barrier factors that can be control, and S3 condition was less feasible in which their barrier factors difficult to handle such as the steep topography, the land height amounts 500-800 m over sea level and the high rainfall.  The class of land feasible could raised by input extending.  The input extanding must concern the unsustainable enviroment. The conventional klon D x P (Dura x Picifera) with medium input of GAP (good agricultural practices) has average production in once cycle (25 years) for S1 amount 25 tons/Ha/year, S2 amount 22 tons/Ha/year, and S3 amount 20 tons/Ha/year.  Meanwhile, the new klon such as Marihat, Socfindo, DP Sriwijaya Sampoerna Agro and DP TNI were short tree with high productivity in S1 and its product over than 30 tons/Ha/year.  On the recitation land in Berau region east of Kalimantan, the enviroment datas such as rainfall, raditation intensity, the palm oil plantation categorized in S2-S1.

Keywords:  Ecology, Productivity, Feasibility land.

Abstrak

             Produktivitas kelapa sawit, sebagaimana juga tanaman pertanian lainnya ditentukan oleh beberapa faktor.  Berdasarkan kajian ekologi,   PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan) telah melakukan kajian kajian kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit dan menetapkan bahwa: kondisi S1 lahan sangat sesuai, tanpa faktor pembatas, S2 sesuai dengan keadaan kehadiran faktor-faktor penghambat dalam batas-batas yang masih dapat dikendalikan dan S3 agak sesuai, di mana kehadiran faktor penghambat sudah mencapai tingkat yang sulit untuk dikendalikan seperti topografi yang terlalu terjal, tinggi tempat yang mencapai 500 – 800 m dpl, dan curah hujan yang terlalu tinggi. Tentunya klas kesesuaian lahan tersebut masih dapat ditingkatkan dengan pemberian input yang tinggi dengan  mempertimbangkan juga kemungkinan terjadinya kerusakan lingkunganUntuk varietas konvensional D x P (Dura X Picifera) dengan input medium GAP (good agricultural practices) rata – rata produksi yang dapat dicapai dalam 1 kali daur (25 tahun) rataan hasil di daerah S1, S2 dan S3 berturut-turut adalah 25, 22 dan 20 ton/ha/tahun. Sementara klon-klon unggul baru seperti yang dihasilkan Marihat, Socfindo, DP Sriwijaya Sampoerna Agro serta DP TN1 yang merupakan pohon pendek dengan produktivitas tinggi di S1 menghasilkan diatas 30 ton/ha/tahun. Sementara lokasi daerah kajian di Kabupaten Berau Kalimantan Timur, berdasarkan kondisi lapang, data lingkungan seperti curah hujan, intensitas radiasi,  tanaman kelapa sawit dapat dikatakan masuk dalam kriteria potensi  produksi antara S2 – S1.

Kata Kunci: Ekologi, produktivitas, kesesuaian lahan.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bioteknologi sebagai alternatif Penanganan Kerawanan Pangan Nasional

oleh:
Reny Andriyanty
Dosen Tetap Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Nusa Bangsa Bogor
Email:reny.andriyanty@pnsmail.go.id

Abstract

             In food rigidity country, food price affects their majority income with low agriculture productivity, the development of biotechnology is an important point.  It needed analyze whether biotechnology plant can be solution for vulnerability of the national food supply in indonesia.  This research was descriptive by literature study method.  The results showed that: 1) the transgenic soybean held 36 percents of 72 million hectares of it’s global crop, transgenic cotton also held 36 percent from 34 million hectares, meanwhile the trangenic canola held  11 percent from 72 million hectares and transgenic corn held 7 percents of the 140 million hectares, 2) A country that regularly imported their national food from GMO food producing countries even in raw or processing food form surely had consumed a lot of transgenic products and  Indonesia is the bigger food importir country, 3) 3) Richard Warburton declared that the expoliting critical lands, developing countries such as Indonesia could be broading the genetically modified technology for produce the agrofuel plants. Arief B. Witarto (LIPI) the adaption way of genetically modified technology for agriculture product depended on government policy and he sugested the applying of genetically modified technology focus on non-food plants for reducing the conflict.

Keywords:  Biotechnology, Rigidity, Crop Plant.

Abstrak

                Di negara yang rawan pangan, harga pangan mempengaruhi pendapatan mayoritas penduduk, serta produktivitas lahan-lahan pertanian yang rendah maka pengembangan bioteknologi adalah hal penting.  Maka perlu dianalisis apakah tanaman bioteknologi dapat menjadi solusi bagi kerawanan supply pangan nasional di Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif  dengan metode studi literatur.  Hasil penelitian menyebutkan bahwa:  1) Kedelai transgenik menguasai 36 persen dari 72 juta hektar  area global tanaman kedelai, kapas transgenik yang mencakup 36 persen dari 34 juta hektar, kanola transgenik , 11 persen dari 25 juta hektar, dan jagung transgenik, 7 persen dari 140 juta hektar, 2) Negara yang secara rutin mengimpor pangan dari negara-negara produsen pangan GMO baik dalam bentuk bahan mentah maupun bahan olahan (prepackaged foods),  dipastikan telah banyak mengkonsumsi pangan GMO atau transgenik setiap hari.  Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor pangan tersebut, dan 3)  Menurut Richard Warburton mengemukakan bahwa selain pemanfaatan lahan-lahan kritis, negara berkembang seperti Indonesia seharusnya dapat mengembangkan teknologi rekayasa genetika (Genetically Modified Technology) untuk menghasilkan tanaman-tanaman agrofuel.  Menurut Arief B. Witarto (LIPI), cara adaptasi teknologi rekayasa genetika tersebut pada produk pertanian sepenuhnya bergantung pada kebijakan pemerintah. Meskipun demikian, dia mengusulkan agar penerapan teknologi rekayasa genetika itu lebih diarahkan pada tanaman pertanian non pangan untuk mengurangi pertentangan.

Kata Kunci:  Bioteknologi, Kerawanan, Tanaman Pangan.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Padi (Oryza sativa) Di Tingkat Petani Dalam Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu Mandiri Nutrimas Di Kelompok Tani Cempaka, Desa Kalongliud, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor

Oleh:

Wahyu Sylvitria B1), Linar Humaira2), dan Reny Andriyanty3)

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Nusa Bangsa Bogor
Email:reny.andriyanty@pnsmail.go.id


Abstract

             The aims of study were: 1) knowing the technic of implementation of SL-PTT Mandiri Nutrimas Programme, 2) analyzing the farming feasibility of SL-PTT Mandiri Nutrimas Programme, and 3) comparing of farming feasibility of the farmer agent to the non-agent farmern of SL-PTT Mandiri Nutrimas Programme.  The respondent determined by census method to the all farmers member of Cempaka farmer Group as many of 29 person.  The result of this study were: 1) The SL-PTT Mandiri Nutrimas programme on Cempaka farmer Group increased the paddy productivity among 35,92 percents in average than their last harvest, 2) The agent farmer’s revenue was higher 49,09 percents over non-agent farmer’s revenue and the agent farmer’s benefit was also higher 85,87 percents over non-agent farmer’s benefit, 3) the comparation result based on farming feasibility showed that the R/C ratio of agent farmer among 2,83 and 2,03 for non-agent farmer.  The BEP  based on agent farmer production was 1.535,37 Kgs, meanwile the BE value of non-agent farmer amount 1.638,47 Kgs, and based on sales volume the BEP of agent farmer 9,65 percent than the BEP of non-agent farmer.

Keywords: Paddy, Agent farmers, SL-PTT Mandiri Nutrimas.

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1)Mengetahui secara teknis pelaksanaan Program SL-PTT Mandiri Nutrimas, 2) Menganalisis kelayakan usaha tani mitra Program SL-PTT Mandiri Nutrimas, 3)Membandingkan kelayakan usaha tani antara petani mitra dan petani non mitraPenentuan responden dilakukan dengan metode sensus pada seluruh petani anggota Kelompok Tani Cempaka sebanyak 29 orang. Hasil penelitian adalah:  1) Program SL-PTT Mandiri Nutrimas di Kelompok Tani Cempaka berhasil meningkatkan produktivitas padi dari metode konvensional dalam satu musim tanam sebesar 35,92%, yaitu dari rata-rata hasil panen sebelumnya, 2)  Penerimaan petani lebih tinggi sebesar 49,09% daripada petani non mitra dan pendapatan petani mitra lebih tinggi sebesar 85,87% daripada petani non mitra.  Dan 3) Hasil perbandingan kelayakan usahatani padi petani mitra dan non-mitra adalah: R/C Rasio yang yang diperoleh petani mitra  bernilai 2,83 dan R/C Rasio yang yang diperoleh petani non-mitra  bernilai 2,08.  BEP Produksi petani mitra bernilai 1.535,37 kg sedangkan petani non mitra yang nilai BEP Produksinya 1.638,47 kg, dan BEP Volume Penjualan petani mitra bernilai lebih rendah 9,65% daripada nilai BEP Produksi petani non mitra.  

Kata Kunci: Padi, Petani Mitra, SL-PTT Mandiri Nutrimas.

1)
Alumni Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa
2)
Dosen Tetap Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa
3)
Dosen Tetap Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa


Tidak ada komentar:

Posting Komentar