Jurnal Nusa Tani Volume 14 No.1 Juni 2014
Budidaya Tanaman
Kakao (Theobroma cacao L.)Menurut
Good Agricultural Practices (GAP) Di
Balai Penelitian Tanaman Industri Dan Penyegar (BALITTRI)
oleh:
Muhammad Wildan1),
Pasril Wahid2) dan Maman Herman3)
Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian
Universitas Nusa Bangsa
Email: jurnal.nusatani@yahoo.co.id
Abstract
The
aim of this study were for knowing cultivation technic, the cacao multiply
technic, the shading utilizing. Also for
knowing the leaf trimming, yield and cocoa conservancy. The method was deskriptif. The result of
this study in Industry and Freshener Plant Research Center (BALITTRI)
with good agricultural practices (GAP)
starting with the planting of shading tree, the plant multiply technic by grafting, mantenance trimming,
production trimming and pest and disease control. In this study, the GAP have not done yet
because the cocoa planting was starting in year 2011-2012 and the tree was so
tiny.
Keywords: Cocoa, Cultivation, The plant multiply
technic.
Abstrak
Tujuan studi ini
adalah untuk mengetahui teknik budidaya, teknik
perbanyakan tanaman, penggunaan naungan tanaman kakao. Selain itu juga untuk
mengetahui teknik pemangkasan bentuk tajuk, produksi, dan pemeliharaan tanaman
kakao. Metode studi ini adalah
deskriptif. Hasil penelitian budidaya tanaman kakao di Balai Penelitian Tanaman
Industri dan Penyegar (BALITTRI) sesuai Good Agricultural Practices (GAP)
dimulai dari penanaman tanaman penaung, perbanyakan bahan tanaman dengan teknik
sambung pucuk, serta pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan, pemangkasan
produksi, dan pengendalian hama penyakit. Dalam pelaksanaan dari awal penanaman,
pemeliharaan, hingga pemanenan belum terlaksanakan, dikarenakan penanaman baru
dimulai tahun 2011 – 2012 oleh karena itu umur tanaman kakao masih sangat muda
dan belum menghasilkan.
Kata Kunci: Kakao,Budidaya, Teknik Perbanyakkan Tanaman.
1)
|
Alumni Fakultas
Pertanian Universitas Nusa Bangsa.
|
|
2)
|
Dosen Tetap
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa.
|
|
3)
|
Dosen LB Program
Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa.
|
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ekologi, Syarat Tumbuh dan Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit
(Studi Kasus Kelapa Sawit di
Kab Berau, Kalimantan Timur)
Oleh:
Pasril Wahid
Program Studi
Agroteknologi
Fakultas
Pertanian Universitas Nusa Bangsa
Email:
jurnal.nusatani@yahoo.co.id
Abstract
The
productivity of oil palm, as also by several other crops determined by several
factors. Based on ecological aspects,
PPKS (Medan Center of Palm Oil Research) has conducted the survey of feasible
lands for palm oil and it declared that S1 condition was a very feasible land
without limitation, S2 condition was feasible with barrier factors that can be
control, and S3 condition was less feasible in which their barrier factors
difficult to handle such as the steep topography, the land height amounts 500-800
m over sea level and the high rainfall.
The class of land feasible could raised by input extending. The input extanding must concern the
unsustainable enviroment. The conventional klon D x P (Dura x Picifera) with
medium input of GAP (good
agricultural practices) has average production in once cycle (25 years) for S1 amount 25
tons/Ha/year, S2 amount 22 tons/Ha/year, and S3 amount 20 tons/Ha/year. Meanwhile, the new klon such as Marihat,
Socfindo, DP Sriwijaya Sampoerna Agro and DP TNI were short tree with high
productivity in S1 and its product over than 30 tons/Ha/year. On the recitation land in Berau region east
of Kalimantan, the enviroment datas such as rainfall, raditation intensity, the
palm oil plantation categorized in S2-S1.
Keywords: Ecology, Productivity, Feasibility land.
Abstrak
Produktivitas kelapa sawit, sebagaimana juga
tanaman pertanian lainnya ditentukan oleh beberapa faktor.
Berdasarkan kajian
ekologi, PPKS (Pusat Penelitian Kelapa
Sawit, Medan) telah melakukan kajian kajian kesesuaian lahan untuk tanaman
kelapa sawit dan
menetapkan bahwa: kondisi S1 lahan sangat sesuai, tanpa faktor pembatas,
S2 sesuai dengan keadaan kehadiran faktor-faktor penghambat dalam batas-batas
yang masih dapat dikendalikan dan S3 agak sesuai, di mana kehadiran faktor
penghambat sudah mencapai tingkat yang sulit untuk dikendalikan seperti topografi yang terlalu terjal, tinggi tempat yang mencapai 500 – 800 m dpl, dan curah hujan yang terlalu tinggi. Tentunya klas kesesuaian lahan tersebut masih dapat ditingkatkan
dengan pemberian input yang tinggi dengan
mempertimbangkan juga kemungkinan terjadinya kerusakan lingkungan.
Untuk varietas
konvensional D x P (Dura X Picifera) dengan input medium GAP (good agricultural practices) rata – rata produksi yang dapat
dicapai dalam 1 kali daur (25 tahun) rataan hasil di daerah S1, S2 dan S3
berturut-turut adalah 25, 22 dan 20 ton/ha/tahun.
Sementara klon-klon unggul baru seperti yang dihasilkan Marihat, Socfindo, DP
Sriwijaya Sampoerna Agro serta DP TN1 yang merupakan pohon pendek dengan produktivitas
tinggi di S1 menghasilkan diatas 30 ton/ha/tahun. Sementara lokasi daerah
kajian di Kabupaten Berau Kalimantan Timur, berdasarkan kondisi
lapang, data lingkungan seperti curah hujan,
intensitas radiasi, tanaman kelapa sawit dapat dikatakan masuk
dalam kriteria potensi produksi antara
S2 – S1.
Kata Kunci: Ekologi,
produktivitas, kesesuaian lahan.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bioteknologi
sebagai alternatif Penanganan Kerawanan Pangan Nasional
oleh:
Reny Andriyanty
Dosen Tetap Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Nusa Bangsa Bogor
Email:reny.andriyanty@pnsmail.go.id
Abstract
In food rigidity country, food
price affects their majority income with low agriculture productivity, the
development of biotechnology is an important point. It
needed analyze whether biotechnology plant can be solution for vulnerability
of the national food supply in indonesia.
This research was descriptive by literature study method. The results showed that: 1) the transgenic
soybean held 36 percents of 72 million hectares of it’s global crop, transgenic
cotton also held 36 percent from 34 million hectares, meanwhile the trangenic
canola held 11 percent from 72 million
hectares and transgenic corn held 7 percents of the 140 million hectares, 2) A country
that regularly imported their national food from GMO food producing countries
even in raw or processing food form surely had consumed a lot of transgenic
products and Indonesia is the bigger
food importir country, 3) 3) Richard Warburton declared that the expoliting
critical lands, developing countries such as Indonesia could be broading the genetically
modified
technology for
produce the agrofuel plants. Arief B. Witarto (LIPI) the adaption way of genetically
modified
technology for
agriculture product depended on government policy and he sugested the applying
of genetically
modified
technology focus on
non-food plants for reducing the conflict.
Keywords: Biotechnology, Rigidity, Crop Plant.
Abstrak
Di negara yang rawan pangan,
harga pangan mempengaruhi pendapatan mayoritas penduduk, serta produktivitas
lahan-lahan pertanian yang rendah maka pengembangan bioteknologi adalah hal
penting. Maka perlu dianalisis apakah tanaman
bioteknologi dapat menjadi solusi bagi kerawanan supply pangan nasional di
Indonesia. Penelitian
ini adalah penelitian deskriptif dengan
metode studi literatur. Hasil penelitian menyebutkan
bahwa: 1) Kedelai transgenik menguasai 36
persen dari 72 juta hektar area global
tanaman kedelai, kapas transgenik yang mencakup 36
persen dari 34 juta hektar, kanola transgenik , 11 persen
dari 25 juta hektar, dan jagung transgenik, 7 persen dari 140 juta hektar, 2) Negara yang secara
rutin mengimpor pangan dari negara-negara produsen pangan GMO
baik dalam bentuk bahan mentah maupun bahan olahan (prepackaged foods), dipastikan telah
banyak mengkonsumsi pangan GMO atau transgenik setiap hari. Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor
pangan tersebut, dan 3)
Menurut Richard Warburton mengemukakan bahwa selain pemanfaatan lahan-lahan
kritis, negara berkembang seperti Indonesia seharusnya dapat mengembangkan
teknologi rekayasa genetika (Genetically
Modified Technology) untuk menghasilkan tanaman-tanaman
agrofuel. Menurut Arief B. Witarto (LIPI), cara adaptasi teknologi
rekayasa genetika tersebut pada produk pertanian
sepenuhnya bergantung pada kebijakan pemerintah. Meskipun demikian,
dia mengusulkan agar penerapan teknologi rekayasa genetika itu lebih diarahkan
pada tanaman pertanian non pangan untuk mengurangi pertentangan.
Kata Kunci: Bioteknologi, Kerawanan, Tanaman Pangan.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Padi (Oryza sativa) Di Tingkat Petani Dalam
Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu Mandiri Nutrimas Di Kelompok
Tani Cempaka, Desa Kalongliud, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor
Oleh:
Wahyu
Sylvitria B1), Linar Humaira2), dan Reny Andriyanty3)
Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian
Universitas Nusa Bangsa Bogor
Email:reny.andriyanty@pnsmail.go.id
Abstract
The
aims of study were: 1) knowing the technic of implementation of SL-PTT Mandiri
Nutrimas Programme, 2) analyzing the farming feasibility of SL-PTT Mandiri
Nutrimas Programme, and 3) comparing of farming feasibility of the farmer agent
to the non-agent farmern of SL-PTT Mandiri Nutrimas Programme. The respondent determined by census method to
the all farmers member of Cempaka farmer Group as many of 29 person. The result of this study were: 1) The SL-PTT
Mandiri Nutrimas programme on Cempaka farmer Group increased the paddy
productivity among 35,92 percents in average than their last harvest, 2) The
agent farmer’s revenue was higher 49,09 percents over non-agent farmer’s
revenue and the agent farmer’s benefit was also higher 85,87 percents over
non-agent farmer’s benefit, 3) the comparation result based on farming
feasibility showed that the R/C ratio of agent farmer among 2,83 and 2,03 for non-agent
farmer. The BEP based on agent farmer production was 1.535,37
Kgs, meanwile the BE value of non-agent farmer amount 1.638,47 Kgs, and based
on sales volume the BEP of agent farmer 9,65 percent than the BEP of non-agent
farmer.
Keywords: Paddy, Agent
farmers, SL-PTT Mandiri Nutrimas.
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1)Mengetahui secara teknis pelaksanaan Program SL-PTT
Mandiri Nutrimas, 2) Menganalisis kelayakan
usaha tani mitra Program SL-PTT Mandiri Nutrimas, 3)Membandingkan kelayakan usaha tani antara petani mitra
dan petani non mitra. Penentuan responden dilakukan dengan metode sensus pada seluruh petani anggota Kelompok Tani Cempaka sebanyak
29 orang. Hasil
penelitian adalah: 1) Program SL-PTT Mandiri Nutrimas di Kelompok
Tani Cempaka berhasil meningkatkan produktivitas padi dari metode konvensional
dalam satu musim tanam sebesar 35,92%, yaitu dari rata-rata hasil panen
sebelumnya, 2) Penerimaan petani lebih tinggi
sebesar 49,09% daripada petani non mitra dan pendapatan petani mitra lebih
tinggi sebesar 85,87% daripada petani non mitra. Dan 3) Hasil perbandingan kelayakan usahatani
padi petani mitra dan non-mitra adalah: R/C Rasio yang yang diperoleh petani
mitra bernilai 2,83 dan R/C Rasio yang
yang diperoleh petani non-mitra bernilai
2,08. BEP Produksi petani mitra bernilai
1.535,37 kg sedangkan petani non mitra yang nilai BEP Produksinya 1.638,47 kg,
dan BEP Volume Penjualan petani mitra bernilai lebih rendah 9,65% daripada
nilai BEP Produksi petani non mitra.
Kata Kunci: Padi,
Petani Mitra, SL-PTT Mandiri Nutrimas.
1)
|
Alumni Fakultas Pertanian Universitas Nusa
Bangsa
|
2)
|
Dosen Tetap Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa
|
3)
|
Dosen Tetap Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa
|