Senin, 29 Juni 2015

Jurnal Nusa Tani Volume 14 No.1 Juni 2014


Budidaya Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)Menurut Good Agricultural Practices (GAP) Di Balai Penelitian Tanaman Industri Dan Penyegar (BALITTRI)

oleh:

Muhammad Wildan1), Pasril Wahid2) dan Maman Herman3)

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Nusa Bangsa
Email: jurnal.nusatani@yahoo.co.id

Abstract

The aim of this study were for knowing cultivation technic, the cacao multiply technic, the shading utilizing.  Also for knowing the leaf trimming, yield and cocoa conservancy.  The method was deskriptif.  The result of  this study in Industry and Freshener Plant Research Center (BALITTRI) with   good agricultural practices (GAP) starting with the planting of shading tree, the plant multiply technic by grafting, mantenance trimming, production trimming and pest and disease control.  In this study, the GAP have not done yet because the cocoa planting was starting in year 2011-2012 and the tree was so tiny.

Keywords: Cocoa, Cultivation, The plant multiply technic.

Abstrak

             Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui teknik budidaya, teknik perbanyakan tanaman, penggunaan naungan tanaman kakao. Selain itu juga untuk mengetahui teknik pemangkasan bentuk tajuk, produksi, dan pemeliharaan tanaman kakao.  Metode studi ini adalah deskriptif.  Hasil penelitian budidaya tanaman kakao di Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (BALITTRI) sesuai Good Agricultural Practices (GAP) dimulai dari penanaman tanaman penaung, perbanyakan bahan tanaman dengan teknik sambung pucuk, serta pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan, pemangkasan produksi, dan pengendalian hama penyakit. Dalam pelaksanaan dari awal penanaman, pemeliharaan, hingga pemanenan belum terlaksanakan, dikarenakan penanaman baru dimulai tahun 2011 – 2012 oleh karena itu umur tanaman kakao masih sangat muda dan belum menghasilkan.

Kata Kunci:  Kakao,Budidaya, Teknik Perbanyakkan Tanaman.




1)
Alumni Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa.
2)
Dosen Tetap Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa.
3)
Dosen LB Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ekologi, Syarat Tumbuh dan Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit
(Studi Kasus Kelapa Sawit di Kab Berau, Kalimantan Timur)

Oleh:

Pasril Wahid

Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa
Email: jurnal.nusatani@yahoo.co.id


Abstract

             The productivity of oil palm, as also by several other crops determined by several factors.  Based on ecological aspects, PPKS (Medan Center of Palm Oil Research) has conducted the survey of feasible lands for palm oil and it declared that S1 condition was a very feasible land without limitation, S2 condition was feasible with barrier factors that can be control, and S3 condition was less feasible in which their barrier factors difficult to handle such as the steep topography, the land height amounts 500-800 m over sea level and the high rainfall.  The class of land feasible could raised by input extending.  The input extanding must concern the unsustainable enviroment. The conventional klon D x P (Dura x Picifera) with medium input of GAP (good agricultural practices) has average production in once cycle (25 years) for S1 amount 25 tons/Ha/year, S2 amount 22 tons/Ha/year, and S3 amount 20 tons/Ha/year.  Meanwhile, the new klon such as Marihat, Socfindo, DP Sriwijaya Sampoerna Agro and DP TNI were short tree with high productivity in S1 and its product over than 30 tons/Ha/year.  On the recitation land in Berau region east of Kalimantan, the enviroment datas such as rainfall, raditation intensity, the palm oil plantation categorized in S2-S1.

Keywords:  Ecology, Productivity, Feasibility land.

Abstrak

             Produktivitas kelapa sawit, sebagaimana juga tanaman pertanian lainnya ditentukan oleh beberapa faktor.  Berdasarkan kajian ekologi,   PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan) telah melakukan kajian kajian kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit dan menetapkan bahwa: kondisi S1 lahan sangat sesuai, tanpa faktor pembatas, S2 sesuai dengan keadaan kehadiran faktor-faktor penghambat dalam batas-batas yang masih dapat dikendalikan dan S3 agak sesuai, di mana kehadiran faktor penghambat sudah mencapai tingkat yang sulit untuk dikendalikan seperti topografi yang terlalu terjal, tinggi tempat yang mencapai 500 – 800 m dpl, dan curah hujan yang terlalu tinggi. Tentunya klas kesesuaian lahan tersebut masih dapat ditingkatkan dengan pemberian input yang tinggi dengan  mempertimbangkan juga kemungkinan terjadinya kerusakan lingkunganUntuk varietas konvensional D x P (Dura X Picifera) dengan input medium GAP (good agricultural practices) rata – rata produksi yang dapat dicapai dalam 1 kali daur (25 tahun) rataan hasil di daerah S1, S2 dan S3 berturut-turut adalah 25, 22 dan 20 ton/ha/tahun. Sementara klon-klon unggul baru seperti yang dihasilkan Marihat, Socfindo, DP Sriwijaya Sampoerna Agro serta DP TN1 yang merupakan pohon pendek dengan produktivitas tinggi di S1 menghasilkan diatas 30 ton/ha/tahun. Sementara lokasi daerah kajian di Kabupaten Berau Kalimantan Timur, berdasarkan kondisi lapang, data lingkungan seperti curah hujan, intensitas radiasi,  tanaman kelapa sawit dapat dikatakan masuk dalam kriteria potensi  produksi antara S2 – S1.

Kata Kunci: Ekologi, produktivitas, kesesuaian lahan.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bioteknologi sebagai alternatif Penanganan Kerawanan Pangan Nasional

oleh:
Reny Andriyanty
Dosen Tetap Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Nusa Bangsa Bogor
Email:reny.andriyanty@pnsmail.go.id

Abstract

             In food rigidity country, food price affects their majority income with low agriculture productivity, the development of biotechnology is an important point.  It needed analyze whether biotechnology plant can be solution for vulnerability of the national food supply in indonesia.  This research was descriptive by literature study method.  The results showed that: 1) the transgenic soybean held 36 percents of 72 million hectares of it’s global crop, transgenic cotton also held 36 percent from 34 million hectares, meanwhile the trangenic canola held  11 percent from 72 million hectares and transgenic corn held 7 percents of the 140 million hectares, 2) A country that regularly imported their national food from GMO food producing countries even in raw or processing food form surely had consumed a lot of transgenic products and  Indonesia is the bigger food importir country, 3) 3) Richard Warburton declared that the expoliting critical lands, developing countries such as Indonesia could be broading the genetically modified technology for produce the agrofuel plants. Arief B. Witarto (LIPI) the adaption way of genetically modified technology for agriculture product depended on government policy and he sugested the applying of genetically modified technology focus on non-food plants for reducing the conflict.

Keywords:  Biotechnology, Rigidity, Crop Plant.

Abstrak

                Di negara yang rawan pangan, harga pangan mempengaruhi pendapatan mayoritas penduduk, serta produktivitas lahan-lahan pertanian yang rendah maka pengembangan bioteknologi adalah hal penting.  Maka perlu dianalisis apakah tanaman bioteknologi dapat menjadi solusi bagi kerawanan supply pangan nasional di Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif  dengan metode studi literatur.  Hasil penelitian menyebutkan bahwa:  1) Kedelai transgenik menguasai 36 persen dari 72 juta hektar  area global tanaman kedelai, kapas transgenik yang mencakup 36 persen dari 34 juta hektar, kanola transgenik , 11 persen dari 25 juta hektar, dan jagung transgenik, 7 persen dari 140 juta hektar, 2) Negara yang secara rutin mengimpor pangan dari negara-negara produsen pangan GMO baik dalam bentuk bahan mentah maupun bahan olahan (prepackaged foods),  dipastikan telah banyak mengkonsumsi pangan GMO atau transgenik setiap hari.  Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor pangan tersebut, dan 3)  Menurut Richard Warburton mengemukakan bahwa selain pemanfaatan lahan-lahan kritis, negara berkembang seperti Indonesia seharusnya dapat mengembangkan teknologi rekayasa genetika (Genetically Modified Technology) untuk menghasilkan tanaman-tanaman agrofuel.  Menurut Arief B. Witarto (LIPI), cara adaptasi teknologi rekayasa genetika tersebut pada produk pertanian sepenuhnya bergantung pada kebijakan pemerintah. Meskipun demikian, dia mengusulkan agar penerapan teknologi rekayasa genetika itu lebih diarahkan pada tanaman pertanian non pangan untuk mengurangi pertentangan.

Kata Kunci:  Bioteknologi, Kerawanan, Tanaman Pangan.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Padi (Oryza sativa) Di Tingkat Petani Dalam Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu Mandiri Nutrimas Di Kelompok Tani Cempaka, Desa Kalongliud, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor

Oleh:

Wahyu Sylvitria B1), Linar Humaira2), dan Reny Andriyanty3)

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Nusa Bangsa Bogor
Email:reny.andriyanty@pnsmail.go.id


Abstract

             The aims of study were: 1) knowing the technic of implementation of SL-PTT Mandiri Nutrimas Programme, 2) analyzing the farming feasibility of SL-PTT Mandiri Nutrimas Programme, and 3) comparing of farming feasibility of the farmer agent to the non-agent farmern of SL-PTT Mandiri Nutrimas Programme.  The respondent determined by census method to the all farmers member of Cempaka farmer Group as many of 29 person.  The result of this study were: 1) The SL-PTT Mandiri Nutrimas programme on Cempaka farmer Group increased the paddy productivity among 35,92 percents in average than their last harvest, 2) The agent farmer’s revenue was higher 49,09 percents over non-agent farmer’s revenue and the agent farmer’s benefit was also higher 85,87 percents over non-agent farmer’s benefit, 3) the comparation result based on farming feasibility showed that the R/C ratio of agent farmer among 2,83 and 2,03 for non-agent farmer.  The BEP  based on agent farmer production was 1.535,37 Kgs, meanwile the BE value of non-agent farmer amount 1.638,47 Kgs, and based on sales volume the BEP of agent farmer 9,65 percent than the BEP of non-agent farmer.

Keywords: Paddy, Agent farmers, SL-PTT Mandiri Nutrimas.

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1)Mengetahui secara teknis pelaksanaan Program SL-PTT Mandiri Nutrimas, 2) Menganalisis kelayakan usaha tani mitra Program SL-PTT Mandiri Nutrimas, 3)Membandingkan kelayakan usaha tani antara petani mitra dan petani non mitraPenentuan responden dilakukan dengan metode sensus pada seluruh petani anggota Kelompok Tani Cempaka sebanyak 29 orang. Hasil penelitian adalah:  1) Program SL-PTT Mandiri Nutrimas di Kelompok Tani Cempaka berhasil meningkatkan produktivitas padi dari metode konvensional dalam satu musim tanam sebesar 35,92%, yaitu dari rata-rata hasil panen sebelumnya, 2)  Penerimaan petani lebih tinggi sebesar 49,09% daripada petani non mitra dan pendapatan petani mitra lebih tinggi sebesar 85,87% daripada petani non mitra.  Dan 3) Hasil perbandingan kelayakan usahatani padi petani mitra dan non-mitra adalah: R/C Rasio yang yang diperoleh petani mitra  bernilai 2,83 dan R/C Rasio yang yang diperoleh petani non-mitra  bernilai 2,08.  BEP Produksi petani mitra bernilai 1.535,37 kg sedangkan petani non mitra yang nilai BEP Produksinya 1.638,47 kg, dan BEP Volume Penjualan petani mitra bernilai lebih rendah 9,65% daripada nilai BEP Produksi petani non mitra.  

Kata Kunci: Padi, Petani Mitra, SL-PTT Mandiri Nutrimas.

1)
Alumni Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa
2)
Dosen Tetap Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa
3)
Dosen Tetap Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa


Senin, 30 Maret 2015

Jurnal Nusa Tani Volume 13 No.1 Juni 2013




Efektivitas Keberhasilan Persilangan Dalam Memproduksi Benih Hibrida Cabai (Capsicum annuum L.)

Oleh :

Mochamad Abdul Goni1), Aisyah2) dan Undang3)

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Nusa Bangsa
Email: jurnal.nusatani@yahoo.co.id

Abstrack

          Accuracy and precision of  flower shape and traversing time expected to improve in the chances of success for producing hybrid chili seed.  The aim of this research were: 1 ) to analyze the sucessfull chili traversing efectivity on chili flower maturing, 2) to analyze the sucessfull chili traversing efectivity on the difference of traversing time, and 3) to analyze the sucessfull chili traversing efectivity on the exactly of chili flower maturing and its traversing time that increased the number of hybrid chili seed.  The research design used group random design with 2 factorial pattern, were Factor A that their matering flower (1,2 and 3) and Factor B that traversing time (06.00-07.00 wib; 07.00-08.00; and 08.00-09.00 wib).  The results were: 1 ) the level of flower maturity very significant influenced the traversing, 2) the difference of traverisng time did not significant influence the chili traversing.  It meant whenever the time, the traversing will success if the flower ready for pollination and there were not any other factor that could fail the pollination adn 3) the interaction between of matering flower and time traversing were not signifanctly affecting a production of chilli breeding and the combination that made in this study also were not signifanctly affecting a production of chilli breeding.  The good combination happened when the flower maturing degree was “blommed” at the pollination was in time 07.00 – 08.00.

Keywords: Traversing, Chili, time traversing.

Abstrak


             Ketepatan bentuk bunga dan ketepatan waktu persilangan diharapkan dapat meningkatkan peluang keberhasilan persilangan dalam memproduksi benih hibrida cabai.  Tujuan penelitian ini adalah: 1) Mengetahui efektifitas keberhasilan persilangancabaidilihatdariperbedaan tingkat kematanganbunga cabai, 2) Mengetahui efektifitas keberhasilan persilangan cabai dilihat dari perbedaan waktu persilangan, dan 3) Mengetahui efektifitas keberhasilan persilangan cabai dilihat dari perbedaan tingkat kematangan bunga dan waktu pelaksanaan persilangan cabai yang paling tepat sehingga dapat meningkatkan jumlah benih hibrida cabai yang diperoleh. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan pola faktorial dua faktor yaitu faktor A adalah tingkat kematangan bunga (1, 2 dan 3) dan faktor B adalah waktu pelaksanaan (pukul06.00-07.00 WIB; Pukul07.00-08.00 WIB; dan Pukul08.00-09.00 WIB). Hasil penelitian adalah: 1) Tingkat kematangan bunga berpengaruh sangat nyata terhadap persilangan. Adapun tingkat kematangan bunga yang paling bagus adalah tingkat kematangan bunga mekar belum terjadi penyerbukan karena kesiapan putik sudah mencukupi untuk dibuahi, 2) Perbedaan waktu persilangan tidak berpengaruh nyata terhadap persilangan. Artinya baik persilangan dilakukan pada waktu yang digunakan antara  06.00 – 07.00, 07.00 – 08.00 ataupun 08.00 – 09.00 akan berhasil asalkan bunga sudah siap dibuahi dan tidak ada faktor lain yang mengakibatkan persilangan tersebut gagal atau rontok, dan 3) Interaksi antara tingkat kematangan bunga dan perbedaan waktu persilangan tidak berpengaruh nyata terhadap pemuliaan tanaman cabai yang mempengaruhi keberhasilan dalam memproduksi benih hibrida cabai, kombinasi yang dilakukan dalam penelitian tidak berpengaruh nyata terhadap persilangan. Adapun kombinasi yang terlihat lebih bagus ialah tingkat kematangan bunga mekar dengan waktu penyerbukan dengan waktu pukul 07.00 – 08.00.

Kata kunci: Persilangan, Cabai, waktu persilangan.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pengembangan Potensi Perekonomian suatu Wilayah Melalui Perdagangan

oleh:
Reny Andriyanty

Dosen Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa
Email:reny.andriyanty@pnsmail.go.id

Abstract

        City as the part of area system could not be separated from wider area which consists of urban areas and rural areas.  Regarding the problem of rural areas, the purpose of this research were:  to analyze how the rural area can develop and become productive through trade dan identified all factors that support it.  This was a descriptive research by the study of literature method.  The result of this study showed that: 1) the main objective of area planning were how it could integrate sub-regional area economic into regional area and also national economic; and how the plan of the area development must be effective and subjective matters based on actual matter, 2) the good  development of transportation and communication that both of them could connect each area based on aglomeration, 3) area linkage became a base of benefecialy trading between each area caused by absolute or relative advantage, 4) focused on the devolopment of economical activities that had comparatif advantage for their natural resources, 5) The implication of monetary and fiscal policy to support the economy, especially inter-rural trading that oriented on welfare and the creation of business for all people.
Keywords: Area, development area, trading.
Abstrak

             Kota sebagai bagian dari sistem wilayah yang tidak dapat dipisahkan dari wilayah yang lebih luas yang terdiri dari urban area (sub-wilayah perkotaan) dan rural areas (sub-sub wilayah pedesaan).  Terkait masalah rural areas, maka tujuan penelitian ini adalah perlunya analisis bagaimana suatu lokasi rural dapat dikembangkan sehingga menjadi produktif melalui perdagangan dan identifikasi faktor-faktor yang dapat mendukungnya.  Penelitian ini adalah penelitian deskriptif  dengan metode studi literatur.  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) yang utama dari perencanaan wilayah adalah bagaimana perencanaan pembangunan wilayah mampu mengintegrasikan perekonomian wilayah-wilayah sub-regional dengan wilayah regional dan perekonomian nasional, dan bagiamana perencanaan pembangunan wilayah tersebut harus efektif dimana unsur-unsur subyektivitas harus benar-benar diletakan diatas unsur realitas, 2) Perlu dibangun jalur tranportasi dan komunikasi yang lebih baik di seluruh wilayah sub-regional sehingga masing-masing wilayah akan terkoneksi melalui metode aglomerasi, 3) Keterkaitan wilayah menjadi dasar bagi berkembangnya perdagangan yang saling menguntungkan baik perdagangan antar wilayah atau perdagangan antar sub-wilayah dan antara wilayah dengan sub-wilayah baik yang disebabkan oleh adanya faktor perbedaan yang bersifat mutlak maupun perbedaan sumber daya yang bersifat relatif, 4) Keunggulan komparatif adalah suatu kegiatan ekonomi yang menurut perbandingan lebih menguntungkan bagi pengembangan suatu wilayah karena ketersediaan sumber daya yang dimilikinya, 5) Perlunya penerapan kebijakan moneter dan fiskal yang mendukung perekonomian terutama perdagangan antar wilayah yang berorietasi pada kesejahteraan dan menciptakan iklim berusaha bagi seluruh masyarakat.
Kata Kunci:  Wilayah, pengembangan wilayah, perdagangan

Sabtu, 28 Maret 2015

Jurnal Nusa Tani Volume 14 No.2 Desember 2014




Investasi Usahatani Manggis Yang Dijual Ke Eksportir Dan Ijon Di Desa Babakan Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta

Oleh:

Lusi Novianti1), Linar Humaira2) dan Reny Andriyanty3)

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Nusa Bangsa Bogor
Email:r.andriyanty.gmail.com

Abstract

          Mangosteen is a plant that thrives in Indonesia.  The expected goal of this study is to analyze the value of mangosteen farm investment.  The Implementation of research activities carried out starting from October until March 2014, located in the village of Babakan districts Wanayasa Purwakarta.  Sampling was done by purposive sample to 120 respondents consisting of 60 farmers who sell to exporters and 60 farmers who sell to debt bondage.Analysis of the data processing using the concept of the R / C ratio, B / C ratio, NPV, IRR and test t-student distribution.A review of the mangosteen farm investment value indicates that the value of R / C ratio of the farmers who sell to exporters is 1.93 and the value of R / C ratio of the farmers who sell to debt bondage by 2.51.  B / C Ratio farmers who sell to exporters is 1.36 and the B / C ratio for farmers who sell to debt bondage by 2.51.  Results NPV farmers who sell to exporters is equal to 30,184,543.  Farm income earned mangosteen farmers who sell to exporters earn an average income of Rp 12,158,025.86 / hectare and farmers who sell bonded to earn an average income of Rp 17,739,511/ha.Based on the statistical test t-student distribution concluded that there is a difference between the income of farmers who sell mangosteen to exporters and farmers who sell to bonded.

Keywords: Mangosteen farm,sales revenue

Abstrak

          Manggis merupakan salah satu tanaman yang tumbuh subur di Indonesia.Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah menganalisis nilai investasi usahatani manggis.Pelaksanaan kegiatan penelitian dilaksanakan mulai dari Bulan Oktober sampai Maret 2014 yang berlokasi di Desa Babakan kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta.Pengambilan sampel dilakukan secara purposive samplekepada 120 responden yang terdiri atas 60 petani yang menjual ke eksportir dan 60 petani yang menjual ke ijon. Analisis pengolahan data menggunakan konsep R/C Ratio, B/C Ratio, NPV, IRR dan Uji sebaran t-student.Hasil kajian terhadap nilai investasi usahatani manggis menunjukan bahwa nilai R/C ratio pada petani yang menjual ke ekportir  sebesar 1.93 dan nilai R/C ratio pada petani yang menjual ke ijon sebesar 2.51. B/C Ratio petani yang menjual ke eksportir sebesar 1.36 dan nilai B/C ratio pada petani yang menjual ke ijon sebesar 2.51.Hasil NPV petani yang menjual ke eksportir yaitu sebesar 30,184,543.Petani yang menjual ke ijon memiliki nilai NPV sebesar 5,541,949.Nilai analisis IRR dari petani yang menjual ke eksportir sebesar 15.97% per tahun.  Sementara petani yang menjual manggis ke ijon memiliki nilai IRR sebesar 14,87% per tahun.Pendapatan usahatani manggis yang diperoleh petani yang menjual ke eksportir memperoleh pendapatan rata-rata sebesar Rp 12,158,025.86/hektar dan petani yang menjual ke ijon memperoleh pendapatan rata-rata sebesar Rp 17,739,511/ hektar.Berdasarkan uji statistik sebaran t-student disimpulkan bahwa ada perbedaan pendapatan antara petani yang menjual manggisnya ke eksportir dan petani yang menjual ke ijon.

Kata Kunci: Pendapatan, Usahatani Manggis
 




__________________________________________________________________________
1)
Alumni Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa
2)
Dosen Tetap Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa
3)
Dosen Tetap Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ikan Giling
di Kota Palembang

oleh:

Rahmi Hidayati

Dosen Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas IBA Palembang
Email:ukhti.emie@yahoo.com

Abstact

          The chopped fish is one og raw materials for Palembang processed foods diversity.  The objection of this research were: to count the demand of chopped fish in Palembang and to analyze factors that influence it regarding in Kuto market.  The research method was survey method and the samples was taken from the Kuto market visitor.  The result of this study showed: demand value of chopped fish was amount 2,25 kgs/month for the respondents with bacgground as housewife, goverment employee and private sectors and espondents with background as fish processed foods producers needed 159,5 kgs/month.  The factors that influenced the chopped fish demand were family revenue and their education degree with 5 percent significancy level and 43,9 percent cooeficient determinant.

The keywords: chopped  fish, demand.
Abstrak

          Ikan giling merupakan salah satu bahan baku beraneka ragam jenis makanan olahan di Kota Palembang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar jumlah permintaan ikan giling di kota Palembang serta faktor-faktor apa saja yang memberikan pengaruh terhadap permintaan ikan giling di Kota Palembang, khususnya di Pasar Kuto Palembang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pengambilan sampel responden di Pasar Kuto Palembang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah permintaan ikan giling di Pasar Kuto Palembang adalah 2,25 kg/bulan untuk responden yang berlatar belakang Ibu Rumah Tangga, PNS, dan Swasta, sedangkan untuk responden yang berlatar belakang produsen makanan olahan berbahan baku ikan giling adalah sebesar 159,5 kg/bulan. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ikan giling di Kota Palembang dipengaruhi oleh pendapatan total keluarga dan lamanya pendidikan dengan taraf signifikansi 5 persen dan tingkat kepercayaan (R2) 43,9 persen.  

Kata kunci: Ikan giling, permintaan.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Kepempinan Nasional 5 Tahun Kedepan Menurut Pendapat Generasi Muda


Oleh:

Reny Andriyanty

Dosen Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa
Email:reny.andriyanty@pnsmail.go.id

Abstract

          In related of the end of Republic of Indonesia presidencial duty, Susilo Bambang Yudhoyono, on year 2014, the people must chose the new one.  There was two pair of president and vice president.  University student as development agent had to know the leadership  concepts and the objection of each pair  for next five years.  Concern with that matter above, need reaserach about figure, characteristic, concept and the good leadership objection.  This study was quantitave study with survey method to all sociology extensin class’s students.  The result were: The good and right leader must be honest, brave, smart, charismatic dan had development vision and mission.  The ideal style of leader ought to be democratic.  Respondents chosed the president who had a same religion.  The Republic of Indonesia president with the good work were first, President Soekarno, second was President HM. Soeharto and third was President SBY.  The president candidate with the biggest percentage was Prabowo Subijanto, second was no candidate and third was Joko Widodo.  The requirement of strategic leader were honest, brave, take care of his people, have clear vision and mission, charismatic, responsible to his God and people, religious and sovereign.

Keywords: Leadership, President of Indonesia Republic year 2014-2019, University student

Abstrak

Seiring berakhirnya kepemimpinan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, pada tahun 2014 ini, rakyat Indonesia harus memilih presiden.  Terdapat dua pasang calon presiden dan wakil presiden.  Mahasiswa sebagai agen pembangunan sudah seharusnya mengetahui konsep dan tujuan kepemimpinan masing-masing calon presiden dan wakil presiden di masa lima tahun mendatang.  Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian figur, sifat, konsep dan tujuan kepemimpinan yang benar dan baik.  Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang dilakukan secara survei terhadap mahasiswa/i peserta kelas sosiologi umum kelas ekstensi.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa:  Pemimpin yang benar dan baik harus jujur, berani, cerdas, kharismatik dan memiliki visi dan misi pembangunan.  Gaya seorang pemimpin yang ideal adalah seorang demokratis.  Pemimpin yang akan dipilih apabila ia seiman dengan responden.  Presiden berkinerja terbaik dengan persentase terbesar adalah Ir. Soekarno, kedua adalah HM.Soeharto  dan ketiga adalah Susilo Bambang Yudhoyono.  Calon presiden yang dipilih responden dengan persentase terbesar pertama adalah Prabowo Subijanto, kedua merupakan calon yang belum diketahui karena responden belum mampu menentukan calon presiden dan ketiga adalah Joko Widodo.  Kriteria bahwa seorang pemimpin yang stratejik adalah pemimpin yang jujur, berani, peduli nasib rakyat, memiliki visi dan misi, kharismatik, bertanggung jawab kepada Tuhan dan rakyatnya, berdaulat serta religius. 

Kata Kunci: Kepemimpinan, Presiden RI 2014-2019, mahasiswa


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Minggu, 09 Maret 2014

Jurnal Nusa Tani Volume 12 No.2 Desember 2012

Alternatif Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM)

Oleh:

Chuzaimah1), Karlin Agustina2), dan Arif Haryanto3)

Fakultas Pertanian
Universitas IBA Palembang
Email: chuzaimah@yahoo.co.id


Abstract

The Indonesia economic development described the small medium enterprise as important role.  This caused its population low educated and lived with small business sector in both traditional and modern. Small medium enterprise had strategic role in the national economy. For facilitating the small medium enterprise development also required one forum that involving all stakeholders such as SKPA/SKPK,  the small medium enterprises asociation, banking access, commerce chamber and academics. This forum became a communication channel, coordination and collaboration between each stakeholder, then the development of small medium enterprise done effectively and synergy with the others.  The Small medium enterprise (UKM) could absorb a lot of labor. Its contribution to the Indonesian gross domestic product (GDP) was real. Based on BPS’s data in year 2007, the value of Indonesia's PDB reached 3,957,4 trillion rupiahs, and  the small medium enterpris contributed around 2.121,3 trillion rupiahs or 53,6 percent.  The small medium enterprise whom already developed, could be trigger many other business.  It would affect the workforce also.  The optimization of  small medium enterprises could be as an alternative to reduce poverty, which we spreaded  the small medium enterprises throughout society.  Efforts needed the developing of small medium enterprises, are:  (1) optimlized the function of KKMB for coaching and mentoring the small medium enterprises who will apply for business loans, (2) socialized about profit and loss sharing financing or venture capitals, (3) enhanced the role of credit insurance agency for the small medium enterprises who had handicap for geting the capital.


Keywords: Small medium enterprises (UKM , Poverty eradication, Economic growth.

Abstrak

             Pada pembangunan perekonomian di Indonesia, UKM selalu digambarkan sebagai sektor yang memiliki peranan penting. Hal ini dikarenakan sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. UKM juga memiliki peran yang strategis dalam pembangunan perekonomian nasionalUntuk memudahkan pengembangan produk unggulan UKM, juga diperlukan semacam Forum Pembinaan UKM, yang melibatkan para stakeholder (pemangku kepentingan) seperti SKPA/SKPK terkait, asosiasi UKM, perbankan, Kadin, dan akademisi. Forum ini dapat menjadi wadah komunikasi, koordinasi dan kolaborasi antar-stakeholder, sehingga pengembangan produk unggulan UKM dapat dilakukan secara sinergis dan efektif. Usaha kecil menengah (UKM) memang sektor yang mampu menyerap tenaga kerja besar. Sumbangan buat produk domestik bruto (PDB) juga lumayan. Data BPS tahun 2007, nilai PDB Indonesia mencapai Rp3,957,4 triliun, UKM berkontribusi Rp2.121,3 triliun atau 53,6 persen. UKM yang sudah berkembang dapat merangsang munculnya pengusaha-pengusaha baru, yang nantinya dapat bepengaruh pada penyerapan tenaga kerja.  Optimalisasi UKM sebagai salah satu alternatif penanggulangan kemiskinan adalah dengan cara mengembangkan UKM keseluruh lapisan masyarakat Upaya-upaya untuk  mewujudkan UKM sebagai penggerak perekonomiann nasional yaitu : (1) Mengoptimalkan peran KKMB dalam membina dan melakukan pendampingan para UKM prospek yang akan mengajukan permohonan kredit usaha, (2) mensosialisasikan pembiayaan bagi hasil atau modal ventura, (3) Meningkatkan peran serta lembaga  penjamin  kredit  untuk  para  UKM  prospek   yang   terbentur  akan adanya persyaratan agunan. 

Kata KunciUsaha kecil menengah (UKM), Pengentasan kemiskinan, Pertumbuhan ekonomi





1)
Dosen Tetap Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas IBA Palembang
2)
Dosen Tetap Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas IBA Palembang
3)
Alumni Fakultas Pertanian Universitas IBA Palembang

------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Tinjauan Terhadap Kinerja Kemitraan Antara PT.XYZ Dengan Petani Kopi Lampung

oleh:

Reny Andriyanty

Dosen Tetap Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Nusa Bangsa Bogor
Email:r.andriyanty.gmail.com

Abstract

             Coffee beans quality improvements can be done by farmers with improvement in terms of harvesting, drying, storage and sorting.  But in fact buyers do not appreciate the differences of coffee bean quality from farmers.  It make farmers do not want to improve their coffee beans quality.  Coffee beans consistency (flavored) as raw materials is critical to PT.Nestlé, for producing NESCAFÉ.  Based on this matter, PT.Nestlé provides guidance and knowledge-transfering to farmers.  Training for farmers has been doing by PT.Nestlé  in Lampung province since 1994. The expectation of this activity are, that it can provide of coffee bean quality improvement and also increasing of coffee plants productivity (Kurniawan, 1999).  The purposes of this study is to analyze the partnership between PT.Nestlé with coffee bean farmers in Lampung.  And if it happens, can this partnership improve the quality of farmer’s coffee beans? The result of this study showed that there is a vertical coordination between two parties. This activity conducted by PT.Nestlé as supervisor and coffee bean farmers in Ngarip Village as agent.  Each party undertook their own responsibility with distinct purpose but maintenanced beneficial relationship and good synergy in agricultural workframe for both sides.  This partnership has been able to improve the quality of robusta coffee beans belongs of farmers.  Before the partnership has done, the coffee beans quality was low with water level than 20 percent and defect value more than 250.  After the partnership, the Ngarip coffee bean farmers have been able to improve their coffee beans quality with the water level 11.5 % and defect less than 80.

Key words: coffee beans, farmers, quality improvement, partnership, vertically coordination.

Abstrak

            Perbaikan kualitas biji kopi dapat dilakukan oleh petani dengan melakukan perbaikan dalam hal pemanenan, penjemuran, penyimpanan dan sortasi.  Namun kenyataannya, para pembeli yaitu pedagang pengumpul tidak membedakan harga antar kualitas.  Akibatnya petani tidak terpacu untuk memperbaiki kualitas kopinya.  Konsistensi mutu (cita rasa) bahan baku merupakan hal yang amat penting bagi PT. Nestlé  untuk memproduksi NESCAFÉ.  Berangkat dari hal tersebut maka PT. Nestlé memberikan pembinaan dan transfer pengetahuan kepada petani. Pembinaan petani telah dilakukan oleh PT. Nestlé di Propinsi Lampung sejak tahun 1994Dengan harapan bahwa program ini dapat memberikan sumbangsih pada perbaikan mutu dan cita rasa dan peningkatan produktivitas kopi rakyat  (kurniawan, 1999). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk kemitraan antara PT. Nestlé dengan petani kopi di lampung yang berkaitan dengan peningkatan mutu kopi.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pembinaan yang dilakukan mengarah pada terjadinya kordinasi vertikal antar lembaga tataniaga.  Pembinaan ini berjalan dengan PT. Nestlé sebagai pembina dan Petani Kopi Desa Ngarip sebagai agent yang dibina.  Masing-masing pihak melakukan tanggung jawabnya dengan tujuan yang berbeda tapi menimbulkan sinergi yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Pembinaan ini telah berhasil meningkatkan mutu biji kopi Robusta di tingkat petani.  Sebelum dilakukan pembinaan oleh PT. Nestlé, mutu kopi yang dihasilkan petani adalah kopi mutu asalan dengan kadar air  lebih dari 20 persen dan nilai defect lebih dari 250.  Setelah dilakukan pembinaan, petani telah mampu meningkatkan mutu kopi Robusta dari mutu asalan menjadi mutu A1 dan A2 yaitu biji kopi dengan kadar air 11.5 persen dan defect kurang dari 80.

Kata Kunci: Biji kopi, petani, peningkatan mutu, pembinaan, koordinasi.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Efektivitas Beberapa Pestisida Nabati Terhadap Hama Wareng Batang Coklat (Nilaparvata lugens )  Pada Tanaman Padi

Oleh :

Yana Suryatna1) ,Tyas Pratiwi2) dan I Wayan Laba3)

Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa Bogor
Email:tyas_irianto@yahoo.com

Abstract

             This research aimed to test cees, effectiveness of an insecticide neem plus, a dibble; and mimba against mortalitas and wbc supress population on rice plants.  Research carried out from march to june 2012 at balai research medicinal plants and aromatic ( balittro ) Bogor. Methods used is use the experimental methods random complete ( ral ) with 10 3 deut. treatment.  Variable free in this study consisted of types of pesticides and insecticides cees ( the active material of vegetable sitronela 40.20 % and eugenol 8.5 % ), neem plus ( azadirachtin 0.3 %, the active ingredient sitronela 10 %, geraniol 4 % and 20 % ), eugenol dibble ( the active ingredient sinamaldehide 4.25 % 39.28 % ), and of eugenol the active ingredient azadirachtin mimba ( 0.6 % ) and insecticides synthetic ( the active ingredient imidakloprid 50 garzetta / l ),  A method of spraying method namely. spray insect ( topical spray ) and methods spray plant ( foliar spray ) with two concentration namely concentration 2.5 mls / l and 5.0 mls / l and insecticides synthetic ( the active ingredient imidakloprid 50 garzetta / l ) concentration 2,0 mls / l while variable jerusalem--the terikatnya mortalitas leafhoppers stems brown ( nilaparvata lugens ) on rice plants.  Results for methods foliar spray death leafhoppers stems brown highest and lowest density of populations and one generation to generation to two methods foliar spray ( spray plants ) found in many mimba by concentration 5.0 mls / l. for methods topical spray ( spray insects ) highest death leafhoppers brown stems and density of populations are on treatment lowest dibble concentration 5.0 mls / l.  From the results of the study on pesticides can conclude with the active material of vegetable mimba azadirachtin konsetrasi 5.0 mls / l effectively reducing wbc plant pest in grain at the efficacy insektisidanya generation of 45 % and 45 %, second generation under the insecticide active imidakloprid comparator made 50 gs / l the one and two at the efficacy insektisidanya be reached 100 %.

Key words:    Effectiveness, pesticides vegetable, reddish-brown stems; leafhoppers rice a spray insects and a spray of plants.

Abstrak


          Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas insektisida  Cees, Neem Plus, Cekam, dan Mimba terhadap mortalitas serta menekan populasi  WBC pada tanaman padi.  Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Juni 2012 bertempat di Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITTRO). Bogor.  Metode yang digunakan adalah metode eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 10 perlakuan 3 ulangan. Variabel bebas pada penelitian ini terdiri dari jenis insektisida yaitu pestisida nabati  Cees  (bahan aktif sitronela 40.20% dan eugenol 13.6%), Neem plus (bahan aktif azadirachtin 0.3%, sitronela 10%, geraniol 4% dan eugenol 20%), Cekam (bahan aktif sinamaldehide 4.25% dan eugenol 39.28%), Mimba (bahan aktif azadirachtin 0.6%) dan insektisida sintetis (bahan aktif imidakloprid 50 g/l), metode penyemprotan yaitu metode semprot serangga (topical spray) dan metode semprot tanaman (foliar spray), dengan dua  konsentrasi yaitu konsentrasi 2.5 ml/l dan 5.0 ml/l serta insektisida sintetis (bahan aktif imidakloprid 50 g/l) konsentrasi 2,0 ml/l sedangkan variabel terikatnya yaitu mortalitas Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens) pada tanaman padi.  Hasil penelitian untuk metode foliar spray kematian wereng batang coklat  tertinggi serta kepadatan populasi terendah generasi ke satu maupun generasi ke dua metode foliar spray (semprot tanaman) terdapat pada perlakuan Mimba dengan konsentrasi 5.0 ml/l. Untuk metode topical spray (semprot serangga) kematian tertinggi wereng batang coklat dan kepadatan populasi terendah terdapat pada perlakuan Cekam konsentrasi 5.0 ml/l.  Dari


1)
Alumni Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa
2)
Dosen Tetap Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa
3)
Dosen Tetap Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------