PEMBUATAN KOMPOS DENGAN EFEKTIFITAS MIKROORGANISME (EM) USUS AYAM
Oleh :
Ayi Sutrisna 1), Tyas Pratiwi 2),
Tjahjana M. Ruchjat 2)
ABSTRACT
Ayi Sutrisna, Tyas Pratiwi, Tjahjana M. Ruchjat, 2008.
Pembuatan Kompos dengan Efektifitas Mikroorganisme (EM) Usus Ayam.
Nusa Tani Journal Volume 8 Nomor 1 June 2008 : 14 – 22
This
research aim to know the efectivity of microorganisme from chiken’s intestine
content in several dose to organic material decomposition. Research was
conducted in Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan at Gunung Sindur, Bogor in June – July
2007. Five treatments, that were 4 dose levels of chicken’s intestine (EM 50 =
content of chicken’s intestine with thinning 50 time; EM 100 = content of
chicken’s intestine with thinning 100 times; EM 200 = content of chicken’s
intestine with thinning 200 times; EM 4 = EM that has been marketed) and 1
treatment for control (no treatment). This research was due in Complete Random
Design (RAL) with 3 replication. The treatment was given for the decomposition
of organic material compound (mix of grass, dirt of chicken and paddy bran)
during 12 day.
Result
of this treatment showed that there was a decomposition process and can reduce
the C/N ratio (from 20,377 to 14,726) and pH vaule and N, P, K content was
suitable for plant growth. The microorganism which come from the chicken’s
intestine proved effectively in influence of the decomposition of organic
materials, and the best dose was 100 times thinning.
Key words : Decomposition, organic material, chicken’s intestine
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
efektifitas mikroorganisme dari usus ayam dalam berbagai dosis terhadap proses
dekomposisi bahan organik. Penelitian dilakukan di Balai Besar Pengujian Mutu
dan Sertifikasi Obat Hewan, di Gunung Sindur, Bogor pada bulan Juni – Juli 2007. Lima perlakuan, yaitu 4
taraf dosis isi usus ayam (EM 50 = isi usus ayam dalam pengenceran 50 kali; EM
100 = isi usus ayam dengan pengenceran 100 kali; EM 200 = isi usus ayam dengan
pengenceran 200 kali; EM 4 = EM yang sudah ada di pasaran) dan 1 perlakuan
kontrol (tanpa diberi apa – apa). Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 3 ulangan. Kelima perlakuan tersebut diberikan untuk
dekomposisi bahan organik (campuran rumput, kotoran ayam dan dedak padi) selama
12 hari.
Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa terjadi proses dekomposisi dengan turunnya nilai
C/N rasio (dari 20,377 ke 14,726) dan nilai pH dan kandungan unsure N, P, K
yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Mikroorganisme yang terkandung di dalam
isi usus ayam terbukti secara efektif memengaruhi laju dekomposisi bahan
organik, dan yang terbaik adalah pada dosis 100 kali pengenceran.
Kata kunci : Dekomposisi, bahan organik, usus ayam
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ANALISIS KANDUNGAN SENYAWA ETIL
P-METOKSISINAMAT DAN UJI DAYA ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK METANOL DAN DIETIL ETER RIMPANG KENCUR (KAEMPFERIA GALANGA LINN)
Oleh :
Lilis Sugiarti 1),
Amry Syawalz 2), Helcamita 2)
ABSTRACT
Lilis Sugiarti, Amry Stawalz,
Helcamita, 2008. analysis of ethyl p-methoxisinamate and antibacterial level
test of methanol and diethyl ether extract of kencur (Kaempferia galanga Linn).
Nusa Tani Journal Volume 8 Nomor
1 June 2008 : 23 – 32
Propose of the research was to determine
the best solvent between methanol and diethyl ether solvent in the extrating
chemical compound, especially p-methoxisinamate in kencur by using Gas
Chromatography MS (GCMS). Besides, purposes of the research was to see
antibacterial level of kencur produced.
The experimental research consisted of
maseration of kencur using methanol and diethyl ether solvent, chemical
compound analysis, especially ethyl p-methoxisinamate compound usung GCMS and
antibacterial level of kencur produced on Staphyllococcus
aureus using sea weed gelatine diffusion.
The best solvent for kencur extract using
meseration extract method was methanol that produced ± 5,98 g of 100 g dry
kencur powder, and diethyl ether produced ± 3,70 g. The result supported that
ethyl p-methoxisinamate compound in GCMS got widest area (34,93%) by using
methanol solvent, compared by diethyl ether (18,13%). Preliminary test by using
ethanol solvent p.a showed, obstacle area was 4 mm with incubation time was 29
hours, on Staphyllococcus aureus. In
antibacterial level of extract of the both solvents did not show the obstacle
area, in another word negative antibacterial level.
Keyword : kaempferia
galangal, maseration extract, methanol, diethyl ether, ethyl
p-methoxisinamate,
Staphyllococcus
aureus.
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalan untuk
menentukan pelarut yang paling baik diantara pelarut methanol dan dietil eter
dalam mengekstraksi senyawa kimia khususnya etil p-metoksisinamat dalam rimpang kencur dengan GCMS. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui
daya antibakteri dari extrak yang dihasilkan.
Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimental yang meliputi ekstraksi maserasi rimpang kencur dengan pelarut
methanol dan dietil eter dianalisis kandungan kimianya khususnya senyawa etil p-metoksisinamat denga GCMS dan pengujian daya antibakteri dari
hasil ekstrakyang diperoleh terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan metode difusi agar.
Pelarut yang paling baik untuk mengekstraksi
rimpang kencur dengan metode ekstraksi maserasi adalah pelarut metanol yang
menghasilakan ekstrak ± 5,98 gram
dari 100 gram serbuk rimpang kencur kering. Untuk ekstraksi maserasi rimpang
kencur dengan pelarut dieting eter menghasilkan ekstrak ± 3,70 gram dari 100
gram serbuk rimpang kencur kering. Hal ini juga didukung dari hasil pemeriksaan
senyawa etil p-metoksisinamat dengan
instrument GCMS yang menunjukkan area
terluas didapat dari ekstrak kencur dengan pelarut methanol yaitu 34,93%
dibandingkan dengan ekstrak yang dimaserasi dengan dietil eter yang hanya
18,13%. Pada uji pendahuluan yang menggunakan pelarut etanol p.a menunjukkan
daerah hambatan ± 4mm dengan waktu inkubasi 20 jam terhadap bakteri uji Staphylococcus aureus. Untuk pengujian
daya antibakteri ekstrak dengan pelarut metanol dan dietil eter dari hasil
penelitian ini tidak menunjukan adanya daerah hambatan atau daya antibakterinya
negative.
Kata kunci :
Kencur, ekstraksi meserasi, metanol, dietil eter, etil p-metoksisinamat, Staphylococcus aureus.
UJI EFEKTIVITAS BEBERAPA EKSTRAK MOLUSKISIDA NABATI
TERHADAP MORTALITAS DAN ANTIFEEDANT HAMA SIPUT KERUCUT PENDEK (Bradybaena similaris, Ferussac.)
Oleh :
Lilis Sugiarti 1),
Samsudin 2), Teti Purwasih 2)
ABSTRACT
Lilis Sugiarti, Samsudin, Teti
Purwasih, 2008. Test
Effectiveness Of Some Extract
Bio-Moluscicides To Mortalitas and Antifeedant Snail
Pest (Bradybaena similaris, Ferussac.).
Nusa Tani Journal Volume 8 Nomor 1 June 2008 : 33 – 41
The aim of this research is to see the
potency of some bio-molluscicides, that are Sembung (Blumea balsamifera (L.)), Sereh wangi (Cymbopogon nardus (L.) Rendle), Tuba (Derris elliptica (Rooxb) Benth), Mimba (Azadirachta indica A. Jussieu) and Teprosia (Tephrosia vogelii Hook.F) to snail pest.
As much 1500 pieces of the snail in a same
size let to eat cabbage leaf which have been given the extract of thos planta
with 0, 5, 10, 20 and 30% concentration. The treatment was in 48 hours, and
after that they are given non treatment cabbage leaf until 7 days.
The result of this research show that Mimba
and Teprosia give bio-molluscicides effect rather than another plants. Mimba is
quicker aid more effective in killing the snail than teprosia. Higher
concentration of Mimba will increase the mortality of the snail and all of the
plants give an antifeedant effect for the snail pest.
Keyword : bio mulluscicides, snail pest, antifeedant
ABSTRAK
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk melihat potensi dari beberapa tanaman yang
bersifat moluskisida yaitu Sembung (Blumea
balsamifera (L.)), Sereh wangi (Cymbopogon
nardus (L.) Rendle), Tuba (Derris
elliptica (Rooxb) Benth), Mimba (Azadirachta
indica A. Jussieu) and Teprosia (Tephrosia
vogelii Hook.f.) terhadap hama
siput.
Sebanyak
1500 ekor siput kerucut pendek dengan ukuran seragam dibiarkan makan daun kubis
yang telah diberi perlakuan (ekstrak tanaman) dengan konsentrasi 5%, 10%, 20%
dan 30%. Perlakuan diberikan selama 48 jam (2 hari), dan sesudah itu siput
diberi makan daun kubis tanpa perlakuan sampai 7 hari. Pengamatan dilakukan
terhadap mortalitas dan antifeedantnya.
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Mimba dan Teprosia pengaruh bio- moluskisida daripada tanaman
yang lainnya. Mimba lebih cepat dan lebih efektif dalam mematikan siput kerucut
pendek daripada Teprosia. Konsentrasi Mimba yang lebih tinggi akan meningkatkan
kematian siput. Semua tanaman mempunyai efek antifeedant terhadap siput.
Kata Kunci : muluskisida nabati, hama siput, antifeedant
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
COFFEE BEAN MARKET STRUCTURE DETERMINING AT ULU BELU
VILLAGE DISTRICT OF ULU BELU LAMPUNG PROVINCE
Oleh :
Reny Andriyanty
Nusa Tani Jurnal Volume 8 Nomor 1 June 2008 : 42 – 47
ABSTRAKSI
Salah
satu desa penghasil kopi robusta di Kecamatan Ulu Belu Kabupaten Tanggamus
Provinsi Lampung adalah desa Ngarip. Desa ini telah di bina oleh PT. Nestle
mengenai berbagai aspek perkebunan, perbaikan mutu kopi dan pemasaran kopi
berdasarkan standar mutu kopi yang dihasilkan petani. Salah satu hasil
pembinaan adalah munculnya keterbukaan informasi pasar per jenis mutu kopi
sehingga seharusnya struktur pasarkopi yang muncul adalah struktur pasar
bersaing sempurna. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
struktur pasar kopi yang terjadi antara petani dengan pedagang pengepul desa
dengan menggunakan indeks Herfindehl. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa indeks Herfindehl berada pada kisaran angka 0,1109
yang cenderung pada nilai 0. Interperstasinya adalah bahwa struktur pasar kopi
yang terjadi di Desa Ngarip adalah struktur pasar bersaing sempurna. Kondisi
ini menguntungkan petani setidaknya dalam tiga hal, yaitu: 1) meningkatkan
posisi tawar petani terhadap pedagang pengepul desa, 2) meningkatkan akses
petani pada system informasi pasar yang semakin terbuka, dan 3) meningkatkan
pendapatan perkebunan kopi petani itu sendiri.
Kata Kunci : Kopi, Petani. Pedagang Pengumpul Desa, Indeks Herfindahl.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
INDUKSI VARIASI SOMAKLONAL PADA KULTUR IN VITRO PISANG NANGKA (MUSA SP.) DENGAN RADIASI SINAR GAMMA
UNTUK MENDAPATKAN KLON TAHAN
PENYAKIT LAYU FUSARIUM
Oleh :
Tyas Pratiwi
Tyas Pratiwi, 2008. Induction of Somaclonal Variation
in Banana (Musa sp.) In Vitro Culture
with Gamma-ray Irradiated To Get the Fusarium Wilt
Resistance Clone
Nusa Tani Journal Volume 8 Nomor 1 Juni 2008 : 48 – 51
ABSTRACT
This
research aim to get the clone of banana crop that resistance to wilt disease
caused fusarium by in vitro gamma-ray irradiated. Research was conducted with
the Complete Random Design in Factorial pattern. Treatment of gamma-ray
irradiated with the dose 0, 500, 1000, 1500 and 2000 rad as first factor and
inoculation of fusaric-acid treatment with the dose 0, 0.2, 0.3, and 0.4 mMol
as second factor. One week shoot-tips culture old were irradiated and
afterwards carried over to a treatment media that inoculated by several dose of
fusaric-acid which can caused the wilt disease to banana crop.
Result
of this research indicated that there was a significant differences to
irradiated treatment radiasi, fusaric-acid added and their interaction to wilt
symptom of banana crop. Irradiated with the dose 1000 rad gave the best result
to crop plant, there were; the height of the plant, sum of the leaf and
life-plant percent. Crop which irradiated with the dose 1000 rade gave more
resistance to wilt symptom than others.
Keyword : Banana (Musa sp.),
gamma-ray irradiated, somaclonal variation, Fusarium
ABSTRAK
Penelitian
ini bertujuan untuk mendapatkan klon tanaman pisang yang tahan terhadap
serangan penyakit layu fusarium dengan cara meradiasi tunas in vitro dengan
sinar gamma. Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial.
Perlakuan radiasi sinar gamma dengan dosis 0, 500, 1000, 1500 dan 2000 rad
sebagai faktor pertama dan perlakuan inokulasi asam fusarat dengan dosis 0,
0.2, 0.3, dan 0.4 mmol sebagai faktor ke dua. Tunas in vitro berumur 1 minggu
diradiasi, setelah itu dipindahkan ke media perlakuan yang sudah diinokulasi
dengan asam fusarat yang dapat menyebabkan penyakit layu pada tanaman pisang.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan nyata pada perlakuan radiasi,
pemberian asam fusarat dan interaksinya terhadap gejala layu tanaman. Dosis
radiasi 1000 rad memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap tinggi tanaman,
jumlah daun dan jumlah anakan. Tanaman yang diradiasi dengan dosis 1000 rad
tersebut lebih tahan terhadap gejala
layu.
Kata Kunci : Pisang (Musa sp.),
radiasi sinar gamma, variasi somaklonal, Fusarium
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar