Minggu, 09 Maret 2014

Jurnal Nusa Tani Volume 8 No.1 Juni 2008

PEMBUATAN KOMPOS DENGAN EFEKTIFITAS MIKROORGANISME (EM) USUS AYAM

Oleh :
Ayi Sutrisna 1), Tyas Pratiwi 2), Tjahjana M. Ruchjat 2)

ABSTRACT


Ayi Sutrisna, Tyas Pratiwi, Tjahjana M. Ruchjat, 2008. Pembuatan Kompos dengan Efektifitas Mikroorganisme (EM) Usus Ayam.
Nusa Tani Journal Volume 8 Nomor 1 June 2008 : 14 – 22

             This research aim to know the efectivity of microorganisme from chiken’s intestine content in several dose to organic material decomposition. Research was conducted in Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan at Gunung Sindur, Bogor in June – July 2007. Five treatments, that were 4 dose levels of chicken’s intestine (EM 50 = content of chicken’s intestine with thinning 50 time; EM 100 = content of chicken’s intestine with thinning 100 times; EM 200 = content of chicken’s intestine with thinning 200 times; EM 4 = EM that has been marketed) and 1 treatment for control (no treatment). This research was due in Complete Random Design (RAL) with 3 replication. The treatment was given for the decomposition of organic material compound (mix of grass, dirt of chicken and paddy bran) during 12 day.
             Result of this treatment showed that there was a decomposition process and can reduce the C/N ratio (from 20,377 to 14,726) and pH vaule and N, P, K content was suitable for plant growth. The microorganism which come from the chicken’s intestine proved effectively in influence of the decomposition of organic materials, and the best dose was 100 times thinning.

Key words : Decomposition, organic material, chicken’s intestine

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas mikroorganisme dari usus ayam dalam berbagai dosis terhadap proses dekomposisi bahan organik. Penelitian dilakukan di Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan, di Gunung Sindur, Bogor pada bulan Juni – Juli 2007. Lima perlakuan, yaitu 4 taraf dosis isi usus ayam (EM 50 = isi usus ayam dalam pengenceran 50 kali; EM 100 = isi usus ayam dengan pengenceran 100 kali; EM 200 = isi usus ayam dengan pengenceran 200 kali; EM 4 = EM yang sudah ada di pasaran) dan 1 perlakuan kontrol (tanpa diberi apa – apa). Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 ulangan. Kelima perlakuan tersebut diberikan untuk dekomposisi bahan organik (campuran rumput, kotoran ayam dan dedak padi) selama 12 hari.
             Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terjadi proses dekomposisi dengan turunnya nilai C/N rasio (dari 20,377 ke 14,726) dan nilai pH dan kandungan unsure N, P, K yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Mikroorganisme yang terkandung di dalam isi usus ayam terbukti secara efektif memengaruhi laju dekomposisi bahan organik, dan yang terbaik adalah pada dosis 100 kali pengenceran.

Kata kunci : Dekomposisi, bahan organik, usus ayam
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

ANALISIS KANDUNGAN SENYAWA ETIL P-METOKSISINAMAT DAN UJI DAYA ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK METANOL DAN DIETIL ETER RIMPANG KENCUR (KAEMPFERIA GALANGA LINN)

Oleh :
Lilis Sugiarti 1), Amry Syawalz 2), Helcamita 2)

ABSTRACT

Lilis Sugiarti, Amry Stawalz, Helcamita, 2008. analysis of ethyl p-methoxisinamate and antibacterial level test of methanol and diethyl ether extract of kencur (Kaempferia galanga Linn).
Nusa Tani Journal Volume 8 Nomor 1 June 2008 : 23 – 32

             Propose of the research was to determine the best solvent between methanol and diethyl ether solvent in the extrating chemical compound, especially p-methoxisinamate in kencur by using Gas Chromatography MS (GCMS). Besides, purposes of the research was to see antibacterial level of kencur produced.

             The experimental research consisted of maseration of kencur using methanol and diethyl ether solvent, chemical compound analysis, especially ethyl p-methoxisinamate compound usung GCMS and antibacterial level of kencur produced on Staphyllococcus aureus using sea weed gelatine diffusion.
             The best solvent for kencur extract using meseration extract method was methanol that produced ± 5,98 g of 100 g dry kencur powder, and diethyl ether produced ± 3,70 g. The result supported that ethyl p-methoxisinamate compound in GCMS got widest area (34,93%) by using methanol solvent, compared by diethyl ether (18,13%). Preliminary test by using ethanol solvent p.a showed, obstacle area was 4 mm with incubation time was 29 hours, on Staphyllococcus aureus. In antibacterial level of extract of the both solvents did not show the obstacle area, in another word negative antibacterial level.

Keyword : kaempferia galangal, maseration extract, methanol, diethyl ether, ethyl p-methoxisinamate,
   Staphyllococcus aureus.  
ABSTRAK

             Tujuan dari penelitian ini adalan untuk menentukan pelarut yang paling baik diantara pelarut methanol dan dietil eter dalam mengekstraksi senyawa kimia khususnya etil p-metoksisinamat dalam rimpang kencur dengan GCMS. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui daya antibakteri dari extrak yang dihasilkan.
             Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang meliputi ekstraksi maserasi rimpang kencur dengan pelarut methanol dan dietil eter dianalisis kandungan kimianya khususnya senyawa etil p-metoksisinamat denga GCMS dan pengujian daya antibakteri dari hasil ekstrakyang diperoleh terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan metode difusi agar.
             Pelarut yang paling baik untuk mengekstraksi rimpang kencur dengan metode ekstraksi maserasi adalah pelarut metanol yang menghasilakan ekstrak      ± 5,98 gram dari 100 gram serbuk rimpang kencur kering. Untuk ekstraksi maserasi rimpang kencur dengan pelarut dieting eter menghasilkan ekstrak ± 3,70 gram dari 100 gram serbuk rimpang kencur kering. Hal ini juga didukung dari hasil pemeriksaan senyawa etil p-metoksisinamat dengan instrument GCMS yang menunjukkan area terluas didapat dari ekstrak kencur dengan pelarut methanol yaitu 34,93% dibandingkan dengan ekstrak yang dimaserasi dengan dietil eter yang hanya 18,13%. Pada uji pendahuluan yang menggunakan pelarut etanol p.a menunjukkan daerah hambatan ± 4mm dengan waktu inkubasi 20 jam terhadap bakteri uji Staphylococcus aureus. Untuk pengujian daya antibakteri ekstrak dengan pelarut metanol dan dietil eter dari hasil penelitian ini tidak menunjukan adanya daerah hambatan atau daya antibakterinya negative.
                                                                                                                                              
Kata kunci : Kencur, ekstraksi meserasi, metanol, dietil eter, etil p-metoksisinamat, Staphylococcus aureus.


UJI EFEKTIVITAS BEBERAPA EKSTRAK MOLUSKISIDA NABATI TERHADAP MORTALITAS DAN ANTIFEEDANT HAMA SIPUT KERUCUT PENDEK (Bradybaena similaris, Ferussac.)

Oleh :
Lilis Sugiarti 1), Samsudin 2), Teti Purwasih 2)

ABSTRACT

Lilis Sugiarti, Samsudin, Teti Purwasih, 2008. Test Effectiveness Of Some Extract
Bio-Moluscicides To Mortalitas and Antifeedant Snail Pest (Bradybaena similaris, Ferussac.).
Nusa Tani Journal Volume 8 Nomor 1 June 2008 : 33 – 41

             The aim of this research is to see the potency of some bio-molluscicides, that are Sembung (Blumea balsamifera (L.)), Sereh wangi (Cymbopogon nardus (L.) Rendle), Tuba (Derris elliptica (Rooxb) Benth), Mimba (Azadirachta indica A. Jussieu) and Teprosia (Tephrosia vogelii Hook.F) to snail pest.

             As much 1500 pieces of the snail in a same size let to eat cabbage leaf which have been given the extract of thos planta with 0, 5, 10, 20 and 30% concentration. The treatment was in 48 hours, and after that they are given non treatment cabbage leaf until 7 days.
             The result of this research show that Mimba and Teprosia give bio-molluscicides effect rather than another plants. Mimba is quicker aid more effective in killing the snail than teprosia. Higher concentration of Mimba will increase the mortality of the snail and all of the plants give an antifeedant effect for the snail pest.

Keyword : bio mulluscicides, snail pest, antifeedant

ABSTRAK

             Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat potensi dari beberapa tanaman yang bersifat moluskisida yaitu Sembung (Blumea balsamifera (L.)), Sereh wangi (Cymbopogon nardus (L.) Rendle), Tuba (Derris elliptica (Rooxb) Benth), Mimba (Azadirachta indica A. Jussieu) and Teprosia (Tephrosia vogelii Hook.f.) terhadap hama siput.
             Sebanyak 1500 ekor siput kerucut pendek dengan ukuran seragam dibiarkan makan daun kubis yang telah diberi perlakuan (ekstrak tanaman) dengan konsentrasi 5%, 10%, 20% dan 30%. Perlakuan diberikan selama 48 jam (2 hari), dan sesudah itu siput diberi makan daun kubis tanpa perlakuan sampai 7 hari. Pengamatan dilakukan terhadap mortalitas dan antifeedantnya.
             Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Mimba dan Teprosia pengaruh bio- moluskisida daripada tanaman yang lainnya. Mimba lebih cepat dan lebih efektif dalam mematikan siput kerucut pendek daripada Teprosia. Konsentrasi Mimba yang lebih tinggi akan meningkatkan kematian siput. Semua tanaman mempunyai efek antifeedant terhadap siput.

Kata Kunci : muluskisida nabati, hama siput, antifeedant
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

COFFEE BEAN MARKET STRUCTURE DETERMINING AT ULU BELU VILLAGE DISTRICT OF ULU BELU LAMPUNG PROVINCE

Oleh :
Reny Andriyanty

Nusa Tani Jurnal Volume 8 Nomor 1 June 2008 : 42 – 47

ABSTRAKSI

             Salah satu desa penghasil kopi robusta di Kecamatan Ulu Belu Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung adalah desa Ngarip. Desa ini telah di bina oleh PT. Nestle mengenai berbagai aspek perkebunan, perbaikan mutu kopi dan pemasaran kopi berdasarkan standar mutu kopi yang dihasilkan petani. Salah satu hasil pembinaan adalah munculnya keterbukaan informasi pasar per jenis mutu kopi sehingga seharusnya struktur pasarkopi yang muncul adalah struktur pasar bersaing sempurna. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur pasar kopi yang terjadi antara petani dengan pedagang pengepul desa dengan menggunakan indeks Herfindehl. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks Herfindehl berada pada kisaran angka 0,1109 yang cenderung pada nilai 0. Interperstasinya adalah bahwa struktur pasar kopi yang terjadi di Desa Ngarip adalah struktur pasar bersaing sempurna. Kondisi ini menguntungkan petani setidaknya dalam tiga hal, yaitu: 1) meningkatkan posisi tawar petani terhadap pedagang pengepul desa, 2) meningkatkan akses petani pada system informasi pasar yang semakin terbuka, dan 3) meningkatkan pendapatan perkebunan kopi petani itu sendiri.

Kata Kunci : Kopi, Petani. Pedagang Pengumpul Desa, Indeks Herfindahl.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

INDUKSI VARIASI SOMAKLONAL PADA KULTUR IN VITRO PISANG NANGKA (MUSA SP.) DENGAN RADIASI SINAR GAMMA UNTUK MENDAPATKAN KLON TAHAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM

Oleh :
Tyas Pratiwi

Tyas Pratiwi, 2008. Induction of Somaclonal Variation in Banana (Musa sp.) In Vitro Culture
with Gamma-ray Irradiated To Get the Fusarium Wilt Resistance Clone
Nusa Tani Journal Volume 8 Nomor 1 Juni 2008 : 48 – 51

ABSTRACT

             This research aim to get the clone of banana crop that resistance to wilt disease caused fusarium by in vitro gamma-ray irradiated. Research was conducted with the Complete Random Design in Factorial pattern. Treatment of gamma-ray irradiated with the dose 0, 500, 1000, 1500 and 2000 rad as first factor and inoculation of fusaric-acid treatment with the dose 0, 0.2, 0.3, and 0.4 mMol as second factor. One week shoot-tips culture old were irradiated and afterwards carried over to a treatment media that inoculated by several dose of fusaric-acid which can caused the wilt disease to banana crop.
             Result of this research indicated that there was a significant differences to irradiated treatment radiasi, fusaric-acid added and their interaction to wilt symptom of banana crop. Irradiated with the dose 1000 rad gave the best result to crop plant, there were; the height of the plant, sum of the leaf and life-plant percent. Crop which irradiated with the dose 1000 rade gave more resistance to wilt symptom than others.

Keyword : Banana (Musa sp.), gamma-ray irradiated, somaclonal variation, Fusarium

ABSTRAK

             Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan klon tanaman pisang yang tahan terhadap serangan penyakit layu fusarium dengan cara meradiasi tunas in vitro dengan sinar gamma. Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial. Perlakuan radiasi sinar gamma dengan dosis 0, 500, 1000, 1500 dan 2000 rad sebagai faktor pertama dan perlakuan inokulasi asam fusarat dengan dosis 0, 0.2, 0.3, dan 0.4 mmol sebagai faktor ke dua. Tunas in vitro berumur 1 minggu diradiasi, setelah itu dipindahkan ke media perlakuan yang sudah diinokulasi dengan asam fusarat yang dapat menyebabkan penyakit layu pada tanaman pisang.
             Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan nyata pada perlakuan radiasi, pemberian asam fusarat dan interaksinya terhadap gejala layu tanaman. Dosis radiasi 1000 rad memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah anakan. Tanaman yang diradiasi dengan dosis 1000 rad tersebut lebih tahan terhadap  gejala layu.

Kata Kunci : Pisang (Musa sp.), radiasi sinar gamma, variasi somaklonal, Fusarium


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar